post image
Foto: indonesiausa70th.com
KOMENTAR

Pertama-tama, saya menyampaikan kembali ucapan selamat karena Indonesia berhasil mencapai milestone baru dalam demokrasi. Juga selamat kepada Presiden Jokowi atas pemilihan yang dipersiapkan dengan baik, dan kami siap melanjutkan kerjasama dengannya, dan melanjutkan pembicaraan terkait status strategic partnership.

Saya rasa, kalau kita mengkategorikan kampanye dalam pemilu yang lalu, secara umum berlangsung damai. Tentu ada tuduhan-tuduhan dan laporan-laporan. Juga insiden yang terisolasi. Saya kira sangat penting agar semua itu ditangani sesuai dengan sistem hukum yang berlaku di Indonesia, proses hukum yang diatur Konstitusi.

Proses di Mahkamah Konstitusi yang akan berlangsung besok akan menangani beberapa dari tuduhan-tuduhan ini dan saya rasa merupakan cara yang tepat untuk menanganinya.


Bisakah Anda jelaskan kepada kami tentang Perang Dagang antara Amerika Serikat dan China dan peluang kawasan Asia Tenggara menjalin hubungan yang lebih erat dengan Amerika Serikat. Vietnam sudah memperlihatkan hal itu. Apa yang akan dilakukan dengan Indonesia dalam kaitan ini?

Saya tentu berharap seperti itu juga. Penting untuk mengingat isu utama dalam dispute kami dengan China. Apa yang kami cari adalah solusi yang dapat diterapkan (enforceable solution) kepada market China. Itu kunci utamanya.

Terlepas dari apakah Perang Dagang antara AS dan China ada atau tidak ada, kita melihat kerjasama AS dengan Indonesia tumbuh. Tahun lalu volume perdagangan kami sebesar 29 miliar dolar AS. Ekspor kami naik sebesar 20 persen. Ekspor Indonesia ke Amerika Serikat juag meningkat antara 3 sampai 5 persen.

Indonesia masih memiliki surplus yang signifikan walaupun sedikit turun tahun lalu.

Ini memperlihatkan kepada Anda bahwa kami baru menyisir permukaan dari ekonomi besar Asia dan negara yang memiliki populasi paling banyak di Asia Tenggara. Jadi masih banyak ruang untuk tumbuh di sini terkait dengan hubungan bilateral kami.


Bagaimana dengan generalized system of preferences (GSP) yang berlaku?

Pertama, ingat GSP adalah sistem sukarela dimana Amerika Serikat memberikan pajak masuk hampir nol persen untuk beberapa produk dari beberapa negara.

Saya kira, tahun lalu Indonesia merupakan negara terbesar keempat yang menerima program voluntarily ini. Jadi, sekitar 2,1 miliar dolar AS barang Indonesia, sekitar 10 persen dari ekspornya ke Amerika Serikat, datang dengan menggunakan program ini.

Kami secara periodik mereview kemampuan negara tertentu untuk ikut dalam program ini. Dan salah satu kriteria yang kami gunakan adalah, bagaimana akses barang dan jasa Amerika Serikat di pasar negara-negara yang sedang kami review itu. Saat ini kami sedang mereview Indonesia, dan proses review itu telah berlangsung sejak beberapa bulan lalu.

Kami berinteraksi dengan sangat aktif dan saya kira kedua belah pihak memiliki keyakinan yang baik untuk mendiskusikan hal ini. Saya akan mengkategorikan ini sebagai: satu sama lain menerima bahwa secara natural kami optimistis dan akan bekerja ke arah resolusi yang sangat menjanjikan.


Anda mengataan bahwa hubungan Indonesia dan Amerika semakin baik. Lantas mengapa Presiden Donald Trump tidak melakukan kunjungan bilateral ke Indonesia? Bagaimana Anda melihat peran Indonesia ketika memimpin Dewan Keamanan pekan lalu? Juga bagaimana Anda melihat peran Indonesia dalam meningkatkan proses perdamaian di Timur Tengah, terutama di Palestina?

Pertama, mengenai kunjungan Presiden Trump. Saya tidak bisa memberikan detail mengenai hal itu. Walaupun sebenarnya tahun lalu ada beberapa kunjungan yang sangat penting. Tahun lalu ada kunjungan Menteri Pertahanan Jim Mattis (Januari 2018) dan kunjungan Menteri Luar Negeri Mike Pompeo (Agustus 2018).

Bulan Mei yang lalu Pelaksana Menteri Pertahanan Patrick M. Shanahan berkunjung ke Jakarta, dan Jakarta adalah tempat pertama yang dikunjunginya di kawasan ini. Bahkan Wakil Presiden Mike Pence berkunjung ke Indonesia di awal-awal pemerintahan (April 2017).

Presiden Trump dan Presiden Jokowi juga berkali-kali berbicara di dalam pertemuan berbagai organisasi internasional. Itu hal yang baik. Tetapi tentu saja, semakin sering semakin baik.

Terkait isu Peacekeeping, kami menilai Indonesia memainkan peran yang sangat positif. Dan kami tentu saya mendorong Indonesia untuk terus meningkatkan peran itu. Dan kami sering membicarakan hal ini.

Terkait isu Timur Tengah, kami menyadari bahwa ini adalah isu yang penting bagi masyarakat Indonesia. Kami berkomitmen pada upaya mencapai perdamaian abadi di Timur Tengah, dan kami melanjutkan upaya kami ke arah itu.


Kapal Korea Utara ditangkap di perairan Indonesia tahun lalu dan itu terkait dengan pelanggaran sanksi. Bagaimana Amerika Serikat mengawasi dan mengontrol pelanggaran sanksi yang dilakukan Korea Utara di Indonesia maupun di Asia Tenggara?

Saya rasa perlu kami sampaikan bahwa kami bekerja sama dengan banyak pemerintahan di dunia untuk menerapkan sanksi yang diputuskan Dewan Keamanan PBB. Kasus yang Anda maksudkan adalah kasus kapal Wise Honest.

Saya tidak bisa memberikan detail karena masih ada kasus hukum yang sedang dijalankan di Amerika Serikat. Tetapi yang dapat saya katakan disini adalah, kasus itu merupakan contoh yang sangat baik dan sempurna antara Indonesia dan Amerika Serikat untuk menegakkan resolusi Dewan Keamanan PBB.


Beberapa bulan lalu Anda mengunjungi Pulau Natuna. Bisakah Anda jelaskan apa yang Anda saksikan di sana? Apakah ini (kunjungan ke Natuna) untuk menghadapi klaim China di kawasan perairan itu?

Saya berkunjung ke Pulau Natuna beberapa bulan lalu dan melakukan beberapa hal. Saya bertemu dengan pengusaha di sana, saya bertemu dengan masyarakat yang terlibat dalam kegiatan perikanan dan bisnis perikanan. Saya bertemu dengan pihak-pihak yang terlibat dalam bisnis pariwisata. Saya juga berkunjung ke sekolah-sekolah dan bertemu dengan pengelola sekolah. Kami membicarakan tentang peluang pendidikan bagi anak-anak Natuna di Amerika Serikat.

Saya juga bertemu dengan pihak TNI Angkatan Udara dan TNI Angkatan Laut. Saya juga menyempatkan diri mencoba scuba diving.


Dubes Finlandia: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 5 Persen Cukup Menjanjikan

Sebelumnya

Dubes Finlandia: Anda Tidak Bisa Menyamakan Islam dengan Terorisme

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga