post image
Tayo Isola (kiri) dan adiknya, Ayomide Isola /NBCNews
KOMENTAR

Peristiwa ini benar-benar terjadi. Hari Jumat pekan lalu (15/8) di Bandara Detroit, Amerika Serikat.

Pilot dan pramugari SkyWest Airlines dengan nomor penerbangan 3596 yang sedianya menuju Houston meninggalkan pesawat. Sebanyak 75 penumpang pun akhirnya batal terbang, dan dipindahkan ke pesawat berikutnya yang terbang tiga jam kemudian.

Kini pilot dan pramugari itu dijatuhkan sanksi oleh perusahaan, tidak boleh terbang untuk waktu tertentu.

Awalnya kru kabin menolak untuk memberikan kesempatan kepada seorang penumpang berkebutuhan khusus, penyandang autisme, untuk duduk di dekat saudaranya.

Penumpang berkebutuhan khusus itu, Tayo Isola (21), terbang bersama ibu dan dua saudaranya. Nomor kursi mereka tidak bersisian.

Di dalam pesawat seorang penumpang yang bersimpati bersedia menukar tempat duduknya sehingga Tayo bisa duduk berdekatan dengan saudara laki-lakinya, Ayomide Isola (23).

Namun entah bagaimana, seorang pramugari menolak hal itu dan meminta agar Tayo kembali ke tempat duduknya.

Menurut Ayomide yang merupakan mahasiswa pasca sarjana jurusan hukum di Houston, kakaknya tidak bisa merespon permintaan pramugari itu secara verbal.

Ayomide Isola sudah berusaha menjelaskan keadaan kakaknya. Tetapi sang pramugari masih tidak mau mengerti.

Penumpang yang lain membela keluarga Isola.

Setelah satu jam berdebat, sang pramugari menemui pilot di ruang kemudi.

Kepada pilot, ia melaporkan bahwa situasi tidak aman untuk penerbangan.

NBCNews melaporkan, setelah berdiskusi dengan seluruh kru, pilot memerintahkan semua penumpang untuk keluar dari pesawat.

"Tidak benar memperlakukan orang dengan kebutuhan khusus seolah-olah mereka tidak layak untuk waktu atau usaha Anda," kata Ayomide Isola.

"Mereka adalah manusia, ditentukan oleh semua kemampuan mereka dan tidak dikutuk oleh kecacatan mereka,” katanya lagi.

Pihak Delta yang merupakan payung dari SkyWest hari Senin lalu (19/8) menyampaikan permintaan maaf kepada seluruh penumpang dalam penerbangan itu.

Sementara pihak SkyWest mengatakan,  awalnya kru tidak memahami kondisi yang dialami penumpang Toya Isola.

"Kami berkomitmen untuk menyediakan layanan yang luar biasa untuk semua pelanggan kami dan bekerja dengan mitra kami Delta untuk menjangkau pelanggan," kata jurubicara itu.

Ayomide Isola mengatakan, bila pilot dan kru kabin masih diberi kesempatan untuk terbang, mereka harus mengikuti pelatihan mengenai sensitivitas.

"Ada tingkat sensitivitas tertentu, tingkat kasih sayang yang Anda perlukan untuk terbang dengan pelancong yang difabel,” kata Isola.

"Dan jika kamu tidak bisa melakukan itu, maka kamu seharusnya tidak berada dalam bisnis ini,” demikian Ayomide Isola.


Anda Ingin Jadi Cabin Crew? Yuk Kenali Mock Up Pesawat di LGTC

Sebelumnya

Soal Jilbab Pramugari, Garuda Indonesia Tidak Menghormati Kebebasan Beragama

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Air Crew