post image
Dino Patti Djalal ketika berbicara dalam Round Table Discussion mengenai perdamaian di Semenanjung Korea, Rabu (21/8)/ZT
KOMENTAR

Mengalah dan arti strategis mengalah.

Ini yang antara lain disampaikan Dino Patti Djalal dalam Round Table Discussion bertema “Advancing Peace on the Korean Peninsula: Recent Developments and Role of ASEAN” yang diselenggarakan di Hotel Sheraton Grand, di Gandaria, Jakarta, Rabu siang (21/8).

RTD itu diselenggarakan Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) yang didirikan Dino berkerjasama dengan The Mission of the Republic of Korea to ASEAN. 

Dalam RTD yang dihadiri peneliti, pemerhati, dan peminat isu Semenanjung Korea ini Dino menjadi pembicara kunci.

Ia mendapat kesempataan untuk berbicara setelah RTD dibuka oleh Dutabesar Korea Selatan untuk ASEAN, Lim Sungnam.

Tidak mudah mencari padanan kata “mengalah” dalam bahasa Inggris. 

Apabila diterjemahkan secara sederhana ke dalam bahasa Inggris, “mengalah” berarti “to lose”. Tetapi inipun tidak begitu tepat, karena "to lose” dalam konteks ini justru dimaksudkan untuk mencapai tujuan alias “to win”. 

Menurut Dino Patti Djalal yang pernah bertugas sebagai Dutabesar RI untuk Amerika Serikat ini, dalam situasi konflik terkadang penting untuk mengedepankan sikap “mengalah”. 

Dalam konteks di Semenanjung Korea, Dino memuji sikap Presiden Korea Selatan Moon Jaein yang menurutnya tidak sungkan untuk “mengalah” menghadapi Korea Utara demi mencapai tujuan bersama, perdamaian di Semenanjung Korea. 

“Saya kira salah satu hal cerdas yang dilakukan Presiden Moon Jaein adalah memberikan kredit untuk Korea Utara,” ujarnya. 

Menurutnya, komunitas internasional perlu menjaga momentum perdamaian yang sedang tumbuh di Semenanjung Korea setidaknya sejak tahun lalu yang diawali pertemuan Kim Jong Un dan Moon Jaein di DMZ pada akhir April 2018, disusul pertemuan berikutnya masih di DMZ pada bulan Mei 2018.

Di bulan September 2018, Moon Jaein berkunjung ke Pyongyang, dan menyempatkan diri naik ke puncak Gunung Paektu yang sakral bagi masyarakat kedua Korea. 

Selain pada konteks inter-Korea, perbaikan hubungan juga terjadi dalam hubungan Korea Utara dan Amerika Serikat. 

Di bulan Juni 2018, Presiden Donald Trump rela melakukan perjalanan jauh ke Singapura untuk bertemu Kim Jong Un. 

Di bulan Februari 2019, hal yang kurang lebih sama dilakukannya demi bertemu Kim Jong Un di Hanoi Vietnam. Di akhir Juni 2019, Donald Trump bertemu dengan Kim Jong Un dan Moon Jaein sekaligus di DMZ. 

Situasi di Semenanjung kembali mengalami ketegangan menyusul latihan militer Korea Selatan dan Amerika Serikat. Korea Utara merasa perlu menembakkan beberapa rudal mereka ke arah Laut Timur. 

"Dialog kedua Korea harus terus dilakukan," kata Dino lagi. Sementara dalam dialog, sambungnya, perlu menjaga agar kalimat yang digunakan tidak emosional. Juga tidak teaterikal. 

“Pengambil kebijakan tidak fokus pada bising dan drama, melainkan fokus pada kualitas kebijakan,” katanya lagi. 

Memperhatikan hubungan personal Kim Jong Un dan Moon Jaein, Dino mengatakan dirinya melihat ada rasa saling percaya.

Hal lain yang disampaikan Dino adalah pesan kepada publik Indonesia agar tidak “salah fokus” dalam melihat situasi di Semenanjung Korea.

“Partner strategis kita adalah Republik Korea (Korea Selatan). Kita harus membantu Republik Korea untuk mencapai perdamaian di Semenanjung Korea,” demikian Dino Patti Djalal. 


PT Dahana Sudah Punya Pabrik Amonium Nitrat, Mimpi yang Jadi Kenyataan

Sebelumnya

Kapal Induk Jatayu Mulai Beroperasi di Laut Selatan

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga