post image
Jenderal Qassem Soleimani
KOMENTAR

KOMANDAN Brigade Al Quds Iran Mayor Genderal Qassem Soleimani dan Jamal Jaafar Ibrahimi yang juga dikenal dengan nama Abu Mahdi Al Mohandis tewas bersamaan dihantam rudal yang dilepas dari drone, saat keduanya baru saja meninggalkan Bandara International Bagdad dalam iring-iringan mobil pada dinihari.

Al Quds merupakan unit elite dalam jajaran Garda Revolusi Iran yang bertugas melakukan operasi di luar negri. Sedangkan Al Mohandis merupakan Wakil Pemimpin milisi Hashed Al Shaabi, yang merupakan organisasi payung dari berbagai milisi Syiah pro Iran yang beroperasi di Irak.

Hashed Al Shaabi dianggap bertanggung-jawab atas dua peristiwa yang menampar wajah Amerika di Irak beberapa hari terakhir: Pertama, serangan dengan menggunakan rudal terhadap pangkalan militer Amerika di Kirkuk. Kedua, deminstrasi warga sipil Irak yang memasuki Kedutaan Amerika di Bagdad, kemudian mengobrak-abrik seluruh isinya.

Amerika dan Israel tidak membantah ketika sejumlah media menuduh dua negara ini sebagai pelaku atas tewasnya dua tokoh penting militer tangguh andalan Iran dalam geopolitik di Timur Tengah.

Lebih dari itu dua negara ini, telah memberikan komentar terbuka dengan narasi kegembiraan dalam nada yang bermusuhan terhadap Iran. Pada saat bersamaan Amerika Dan Israel, meningkatkan kewaspadaan di berbagai posisinya yang rentan jadi sasaran pembalasan militer Iran.

Amerika telah memerintahkan seluruh warga sipilnya untuk meninggalkan Irak, dan meningkatkan kewaspadaan pada basis-basis militernya di kawasan Timur Tengah, khususnya di Irak dan Suriah. Sementara Israel meningkatkan kewaspadaannya di dataran tinggi Golan yang berbatasan dengan Suriah.

Pemerintah Irak di Bagdad telah mengeluarkan kecaman, karena pembunuhan terhadap pejabat resmi sebuah negara dilakukan di wilayahnya. Selain bisa dianggap sebagai bentuk pelecehan martabat sebuah bangsa, juga terkait dengan pelanggaran terhadap teritori sebuah negara.

Lebih dari itu, mayoritas rakyat Irak saat ini merasa kehadiran tentara Amerika tidak diperlukan lagi. Bahkan sebagian tokoh masyarakat menganggapnya sebagai bentuk penjajahan. Karena itu, penguasa di Bagdad yang dipilih melalui pemilu, tentu ingin mengambil hati pemilihnya sekaligus menyuarakan aspirasi rakyatnya.

Di Teheran orang nomor satu Iran Ayatollah Ali Khamenei telah berjanji untuk melakukan balasan. Kapan balasan itu akan dilakukan, dimana, dalam bentuk apa, dan siapa yang menjadi sasaran tidak mudah diprediksi. Yang pasti janji Ali Khamenei selama ini selalu ditunaikannya.

Iran memiliki kemampuan untuk menyerang seluruh basis militer Amerika di kawasan Timur Tengah, juga memiliki kemampuan untuk menyerang seluruh wilayah Israel.

Apakah akan menggunakan pasukannya sendiri, sebagaimana ia lakukan saat membela Suriah dari gempuran Amerika dan Israel, atau menggunakan sekutunya Hizbullah di Lebanon saat menyerang Israel selama ini, atau menggunakan Houthi di Yaman saat menyerang Saudi Arabia, atau menggunakan Hashed Al Shaabi di Irak saat menggempur pangkalan militer Amerika di Kirkuk.

Dilihat dari peta politik mutakhir, maka balasan yang mungkin dilakukan dalam waktu dekat tentu Iran harus memilih antara Amerika atau Israel, dan tidak mungkin menyerang keduanya sekaligus.

Jika Amerika yang dipilih, pertanyaan berikutnya: Apakah tindakan militer Iran dapat memberikan dampak politik? Misalnya, jika salah satu dari pangkalan militer Amerika di Irak yang jadi sasaran, apakah tindakan militer tersebut dapat bermuara pada keputusan politik berupa hengkangnya tentara Amerika dari Irak?

Dengan logika yang sama, jika Israel yang dipilih, maka pertanyaannya: Apakah gempuran militer bisa membuat Israel meninggalkan Golan, sehingga wilayah ini kembali ke pemiliknya yang syah Suriah? Tentu pilihan ini memerlukan kesiapan dan dukungan Damaskus.

Jika target ini dirasa terlalu berat, maka bukan mustahil Iran akan mendorong Hizbullah di Lebanon, dengan target agar Israel mundur dari Lebanon Selatan, khususnya dari lembah subur Sheeba, dataran tinggi Kfarchouba, dan Al Ghajar yang didudukinya selama ini.

Kalaupun Israel tidak bisa dipaksa mundur dari Lebanon Selatan, paling tindakan militer terhadap sasaran Israel di wilayah ini akan meningkatkan posisi tawar Hizbullah sebagai partai politik yang kini memiliki wakil baik di eksekutif maupun legislatif, semakin meningkat.

Selama ini Iran telah membuktikan kedigdayaannya di Suriah dan Yaman, maka tentu ia akan berusaha untuk melakukan hal yang serupa di Irak atau Lebanon. Mari kita tunggu bersama-sama apa yang dilakukakannya dan kapan?

Penulis adalah pengamat politik Islam dan demokrasi.


PT Dahana Sudah Punya Pabrik Amonium Nitrat, Mimpi yang Jadi Kenyataan

Sebelumnya

Kapal Induk Jatayu Mulai Beroperasi di Laut Selatan

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga