post image
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Presiden Rusia Vladimir Putin dalam satu kesempatan.
KOMENTAR

Amerika Serikat telah mengeliminasi Turki dari program F-35 Lightning II. Penyebabnya, karena Turki membeli sistem pertahanan udara S-400 dari Rusia.

Menurut Kementerian Pertahanan AS tidak mungkin menyatukan kedua sistem, sistem serangan yang dimiliki F-35 dan sistem pertahanan dari serangan udara S-400.

Pentagon juga khawatir Rusia akan mempelajari F-35 yang dimiliki Turki untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan pesawat tempur generasi terbaru itu.

Federasi Rusia, di sisi lain, memanfaatkan ketegangan antara AS dan Turki itu dengan menawarkan Sukhoi Su-35 kepada Turki. Tawaran ini disampaikan perusahaan pelat merah Rusia, Rostec.

“Apabila sahabat kami Turki memiliki keinginan, kami siap bekerjasama untuk mengirimkan Su-35,” kata Kepala Rostec, Sergey Chemezov.

Penghentian keterlibatan Turki dalam program F-35 berlaku efektif pada bulan Maret 2020. Ini artinya, Turki tidak akan terlibat lagi pada mata rantai suplai komponen F-35.

Setelah Turki tidak lagi dilibatkan dalam program F-35 maka AS harus mencari pihak lain yang bisa memenuhi kebutuhan komponen yang tadinya disuplai Turki.

“Dalam beberapa bulan ke depan kami akan mencari sumber alternatif,” ujar Jurubicara
Lockheed Martin, Carolyn Nelson, seperti dimuat dari Reuters.

Lockheed yakin, pemutusan rantai suplai dari Turki ini tidak akan mengganggu program F-35 secara keseluruhan. Pada tahun 2019 ini direncanakan Lockheed Martin akan mengirimkan 131 unit F-35 baru ke sejumlah pembeli.

Sementara untuk F-35A yang dipesan Turki, Lockheed Martin mengatakan akan mencari pembeli baru.

Kementerian Luar Negeri Turki mengecam balik manuver Amerika Serikat memutuskan keterlibatan mereka dalam program F-35 Lightning itu.

“Langkah unilateral ini tidak sesuai dengan semangat membangun aliasi dan tidak sesuai dengan justifikasi hukum apapun,” ujar pihak Kementerian Luar Negeri Turki seperti dikutip dari AeroTime.

Sebelum membeli sistem pertahanan udara dari Rusia, pada tahun 2009 lalu Turki pernah mengajukan proposal alih teknologi untuk pembelian sistem pertahanan udara Patriot.

Namun Kongres AS menolak permohonan itu.

Untuk memenuhi kebutuhan akan pertahanan udara Turki sempat mengajukan proposal serupa kepada China untuk mendapatkan sistem pertahanan udara Hongqi-9/FD.

Negosiasi dengan China disebutkan tidak berhasil.

Setelah itu barulah pada tahun 2017 Turki menandatangani kontrak pembelian S-400 dari Rusia senilai 2,5 miliar dolar AS.


PT Dahana Sudah Punya Pabrik Amonium Nitrat, Mimpi yang Jadi Kenyataan

Sebelumnya

Kapal Induk Jatayu Mulai Beroperasi di Laut Selatan

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga