post image
Para peneliti NASA dan UCF sedang menguji amonia sebagai bahan bakar alternatif untuk pesawat./SimpleFlying.
KOMENTAR

Peneliti NASA dan University of Central Florida (UCF) sedang melakukan serangkaian ujicoba untuk menemukan bahan bakar alternatif bagi dunia penerbangan yang dapat menghasilkan emisi sebesar nol persen.

Penelitian yang diperkirakan akan berlangsung selama lima tahun itu melirik amonia sebagai bahan bakar alternatif. Peneliti NASA, dan UCF akan menganalisis, menguji, dan memenuhi syarat amonia sebagai opsi untuk memberi daya pada mesin jet pesawat secara berkelanjutan.

Amonia adalah senyawa kimia dengan rumus NH3. Biasanya senyawa ini didapati berupa gas dengan bau tajam yang khas yang kerap disebut bau amonia. Walaupun amonia memiliki sumbangan penting bagi keberadaan nutrisi di bumi, namun sejauh ini amonia yang merupakan senyawa kaustik dinilai dapat merusak kesehatan.

Proyek ini didanai oleh Inisiatif Kepemimpinan Universitas NASA untuk mempercepat keberlanjutan penerbangan. Peneliti akan menggunakan teknologi simulasi yang dikembangkan oleh perusahaan software engineering bernama Ansys.

Penelitian ini akan memungkinkan mereka untuk mensimulasikan sistem reaksi kimia kompleks di sekitar amonia, termasuk penguapan amonia cair di dalam tabung penukar panas, perpindahan panas, dan pembakaran amonia dan hidrogen di udara.

Peneliti utama dalam proyek ini adalah Dr Jay Kapat yang juga merupakanprofesor teknik di UCF dan memimpin Center for Advanced Turbomachinery and Energy Research di UFC.

“Kami ingin menciptakan solusi terukur untuk penerbangan yang lebih bersih dan dengan kerja sama Ansys, kami akan sampai di sana lebih cepat. Kami tidak akan dapat mengotentikasi penggunaan amonia cair sebagai bahan bakar yang andal dan alternatif tanpa kecanggihan dan kemampuan alat simulasi cairan Ansys,” ujarnya seperti dikutip dari SimpleFlying.

Tujuan dari proyek UCF adalah untuk dapat menggunakan amonia sebagai pembawa hidrogen utama dan dengan demikian memanfaatkan komponen hidrogen amonia sambil hanya melepaskan emisi yang aman ke udara.

Alat yang disediakan Ansys dapat mensimulasikan kinetika kimia dan dinamika fluida komputasi (CFD).

“Simulasi membentuk kembali masa depan yang lebih bersih di banyak industri, dan hari ini kami memuji dampaknya yang berkelanjutan pada penerbangan dengan proyek baru yang menarik ini yang dimungkinkan oleh UCF dan NASA,” ujar Prith Banerjee, salah seorang peneliti Ansys.

“Melalui simulasi, Ansys memberikan kepastian prediktif untuk mewujudkan visi pelanggan kami untuk masa depan yang berkelanjutan dan model interaksi yang tidak dapat kami analisis, seperti reaksi kimia. Kami berharap dapat memainkan peran dalam mengembangkan opsi bahan bakar penerbangan berkelanjutan yang inovatif,” sambungnya.

NASA dan UCF bukan satu-satunya yang tertarik pada amonia sebagai bahan bakar alternatif, dan mungkin lebih disukai daripada hidrogen murni. Dibandingkan dengan hidrogen murni, amonia jauh lebih mudah ditangani. Itu tetap cair pada ketinggian tinggi dan tidak memerlukan penyimpanan kriogenik tambahan yang sama seperti hidrogen.

Sebuah perusahaan Australia bernama Aviation H2 telah mengumumkan niatnya untuk memiliki jet bisnis Dassault Falcon 50 di udara dan beroperasi (sebagian) dengan amonia segera pada pertengahan 2023.

Karena kualitas amonia, ada lebih sedikit perubahan infrastruktur yang harus dipertimbangkan dibandingkan dengan hidrogen. Untuk maskapai penerbangan yang saat ini berinvestasi dalam pesawat baru yang akan memiliki umur sekitar 20 tahun, ini mungkin merupakan pilihan yang lebih diterima daripada memperbaiki pesawat mereka dengan penyimpanan hidrogen dan arsitektur propulsi.


Korea Selatan Siapkan Pesawat Pengintai Tak Berawak Antisipasi Gerakan Provokatif

Sebelumnya

Inggris dan Jepang Tandatangani Kerjasama Antariksa

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Technology