post image
Ilustrasi/Zona Terbang
KOMENTAR

Beban baru dunia penerbangan akan bertambah bila rencana Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menerapkan program mandatori bioavtur atau Sustainable Aviation Fuel (SAF) diberlakukan. Kewajiban menenggak bioavtur berpeluang besar mendongkrak harga tiket pesawat.

menurut pengamat penerbangan, Alvin Lie, kebijakan ini seharusnya didiskusikan bersama Kementerian Perhubungan dan asosiasi maskapai (INACA) karena akan mempengaruhi biaya operasional maskapai.

"Pada ujung-ujungnya ini akan berdampak pada harga tiket yang akan naik sangat signifikan," ungkapnya saat dihubungi kumparan, Sabtu (17/5).

Alvin mencontohkan, Singapura akan mewajibkan maskapai menggunakan bioavtur dengan campuran 1 persen mulai tahun ini. Kenaikan biaya dibebankan kepada tiket pesawat yang akan naik hingga 50 dolar AS.

"Itu akan berdampak kepada setiap tiket yang berangkat dari Singapura ada kenaikan 30 sampai 50 dolar AS. Bayangkan kalau ini diberlakukan di Indonesia, harga tiket akan naiknya luar biasa," tegasnya.

Berbeda dengan Singapura, Alvin menyebutkan pemerintah Indonesia membatasi pergerakan harga tiket pesawat domestik melalui kebijakan tarif batas atas (TBA).

Jika mandatori bioavtur berlaku, maka dia meminta agar Kementerian Perhubungan menghitung kembali kebijakan TBA dengan menyesuaikan kenaikan biaya operasional maskapai.

"Kalau tarif batas atasnya tidak dinaikkan, saya yakin maskapai-maskapai penerbangan tidak akan mampu bertahan hidup dan pada ujung-ujungnya ini akan membunuh industri transportasi Indonesia," kata Alvin.

Di sisi lain, ketika harga tiket dinaikkan secara signifikan, Alvin meyakini pasar tidak akan kuat untuk menopang beban tersebut sehingga otomatis mengurangi peminat transportasi udara.

"Akan terjadi masalah besar di sini, dalam kondisi seperti ini saja pengguna jasa transportasi udara merasakan bahwa harga tiket Indonesia ini masih tinggi, berharap harga tiket kita bisa lebih turun. Ini kalau dipaksakan tidak akan terjangkau," jelasnya.

Dengan demikian, dia mengusulkan Kementerian ESDM dapat menurunkan biaya produksi bioavtur agar setara dengan harga avtur konvensional, sebab jika harganya lebih mahal akan sangat berat bagi industri penerbangan.

"Satu-satunya jalan kalau ini mau dilaksanakan adalah harga avtur itu menjadi standar harga SAF. Jadi harga SAF tidak lebih mahal daripada harga avtur biasa," ujar Alvin.

Bioavtur Lebih Mahal

Pengamat penerbangan Gatot Rahardjo mengatakan dampak pengenaan mandatori bioavtur kepada industri penerbangan nasional tergantung pada fluktuasi harganya.

"Berdasarkan pengalaman, harga bioavtur bisa beberapa kali lipat dari avtur konvensional. Dengan kondisi sekarang, beban itu nanti akan ditanggung maskapai karena itu akan membuat biaya meningkat, sementara tarif batas atas tidak berubah," jelasnya.

Jika pemerintah akan merevisi TBA, lanjut dia, maka kenaikan beban dari mandatori bioavtur mau tidak mau akan ditanggung penumpang. Selain itu, Gatot juga menilai pemerintah perlu memastikan pasokan bioavtur tersedia di seluruh bandara. Jika persiapan tidak matang, maka maskapai akan menanggung beban yang berat.

"Pemerintah harus menyelesaikan semua persoalan itu dulu sebelum menerapkan SAF. Kalau tidak ya beban maskapai akan semakin berat dan bukan tidak mungkin ada maskapai yang bangkrut nantinya," tuturnya.

Dimulai 3 Persen

Sebelumya, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi, menargetkan implementasi mandatori bioavtur langsung dimulai dengan campuran 3 persen.

Eniya mengatakan, mandatori bioavtur akan tercantum dalam Keputusan Menteri (Kepmen) ESDM bersamaan dengan peta jalan mandatori bioetanol.

"Saya sudah sounding ke mana-mana untuk bioavtur bisa segera masuk. Dengan begitu kita tidak hanya melihat 1 persen, tapi kalau bioavtur kita sudah langsung misalnya 3 persen. Jadi draft dari keputusan Menteri-nya seperti itu," ungkapnya saat ditemui di Senayan Park Jakarta, Jumat, 15 Mei 2025, seperti dikutip dari Kumparan.

 


UnSurya dan PSAPI Bangun Ekosistem Kedirgantaraan Indonesia yang Berdaulat dan Kompetitif

Sebelumnya

Sistem Kontrol Lalu Lintas Udara di Amerika Serikat Sedang Diawasi

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel AviaNews