post image
Ilustrasi
KOMENTAR

Pricing equilibrium.

Harga Yang Tepat dan Pas Pada Suatu Waktu

Business airline is more art than science. Diperlukan manusia bersumber daya iptek yang mumpuni untuk menangani bisnis padat modal dan padat teknologi. Sebab tidak mudah mengelola bisnis maskapai penerbangan yang selalu bergerak dalam cuaca ekonomi yang tak bersahabat.

Managing airlines in turbulent times memang selalu jadi pokok bahasan menarik di Harvard Business School dan MIT, Universitas Elite di Amerika. Karena bisnis ini unik, padat teknologi dan padat modal, berfluktuasi ikuti turbulensi fuel prices, exchange rate, inflation rate dan naik turunnya suku bunga.

Complexities and Uncertaintynya Tinggi

Tidak identik dengan bisnis retailer, toko kelontong, industri semen baja atau perhotelan dan entertainment. Tidak mudah dan tidak mungkin digeneralisir seperti mengelola bioskop atau barber shop.

Karenanya kita di Indonesia seperti kata Presiden Jokowi harus kembali fokus untuk meningkatkan keahlian dan profesionalisme sumber daya manusia kita. Agar Indonesia terus menjadi jauh lebih maju dan sejahtera. Pasar domestik kita jadi pembangkit revenue stream dan keunggulan daya saing  perusahaan dan industri nasional kita sendiri.

Kita harus terus berinovasi menemukan jalan baru, produk baru, model bisnis baru, a new way of doing business. Agar semua oppprtunities yang muncul akibat pertumbuhan kue ekonomi dapat dinikmati oleh bangsa sendiri.

Apalagi semua negara adi daya seperti Amerika Serikat dan Tiongkok kini mulai cenderung ambil policy formation untuk lebih proteksionis.

Amerika di bawah Presiden Trump mengedepankan motto: ”American First" untuk melindungi kepentingan nasionalnya untuk menciptakan lapangan kerja bagi putera puterinya.

Seperti kata Robert Dalio, investor dan entrepreneur Wall Street ternama: ”If the people who have the power don’t want to operate by principles, the principled way of operation will fail."

Kita tak boleh abai dalam berpedoman pada prinsip tata kelola sesuai benchmarking dan rule of engagement, sebab tanpa GPS yang berjalan sesuai algoritma dan protokol tertentu dalam mengelola bisnis maskapai penerbangan kita bisa meluncur mundur kebelakang dengan kereta api express.

Jusman Syafii Djamal
Penulis adalah eks Menteri Perhubungan Indonesia 2007-2009


Pungutan Iuran Dana Pariwisata Ditolak

Sebelumnya

STARLUX Pesan A350F dan A330neo Tambahan

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel AviaNews