post image
Ilustrasi Garuda Indonesia dengan livery klasik.
KOMENTAR

Pada kuartal I 2025 ini PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) mencatat kerugian sebesar Rp 1,2 triliun. Ini melebihi kerugian pada tahun buku 2024 yang mencapai Rp 1,15 triliun.

Secara tahunan, pendapatan GIAA pada kuartal I tumbuh 1,63 persen menjadi 72,3 juta dolar AS. Namun beban usaha maskapai pelat merah ini mengalami kenaikan sebesar 2,2 persen menjadi 718,3 juta dolar AS sementara beban keuangan naik 3,91 persen menjadi 124,5 juta dolar AS.

Sebelumnya, IDN Financials mencatat, GIAA juga mengaku tengah menghadapi tantangan pada kinerjanya awal tahun ini. Sebanyak 15 armada miliknya berhenti beroperasi karena masih dalam perbaikan, termasuk di antaranya merupakan armada Citilink Indonesia.

Laporan dari Bloomberg menyebut proses perbaikan jadi tantangan bagi GIAA, karena pemasok spare part dan jasa perbaikan meminta pembayaran di muka.

Bloomberg juga melaporkan saat ini GIAA tengah dalam pembicaraan dengan Danantara, untuk memperoleh suntikan modal, mengutip sumber yang mengetahui pembicaraan itu.

Namun pembicaraan itu disebut masih dalam tahap awal, sehingga nilai suntikan modal dan waktunya belum dapat dipastikan.

Pihak GIAA dan Danantara belum mengklarifikasi kabar tersebut, serta belum mengeluarkan pernyataan resmi.

Hingga akhir tahun ini, posisi utang GIAA telah mencapai 1,4 miliar dolar AS melebihi total asetnya. Sejumlah analis utang perusahaan aviasi berusia 76 tahun ini perlu ditutup sebagian, agar bisa memperoleh pendanaan eksternal.

 


Alvin Lie: Kewajiban Bioavtur Korbankan Konsumen Penerbangan

Sebelumnya

UnSurya dan PSAPI Bangun Ekosistem Kedirgantaraan Indonesia yang Berdaulat dan Kompetitif

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel AviaNews