post image
Panglima TNI, Marsekal Hadi Tjahjanto/Net
KOMENTAR

 Pertahanan di ibukota harus maksimal karena menjadi pusat dari negara. Dalam kondisi konflik, maka titik yang diserang dengan kekuatan besar adalah ibukota negara.

Begitu gambaran yang diberikan Panglima TNI, Marsekal Hadi Tjahjanto soal pembangunan pertahanan ibukota negara Indonesia yang direncanakan akan dipindah ke Kalimantan Timur.

"Pembangunan sistem pertahanan di ibukota negara merupakan suatu hal yang mutlak bagi Indonesia," ujar Hadi dalam rapat kerja bersama Komisi I DPR RI di Gedung Nusantara II, Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (6/11).

Hadi menekankan pada pertahanan udara. Kata dia, pertahanan udara menjadi yang paling sentral untuk dioptimalkan karena potensi ancaman serangan lebih besar dari serangan darat dan laut.

"Pemberlakuan Air Defence Identification Zone (ADIZ), restricted and prohibited area (daerah terbatas dan terlarang) sesuai PP 4/2018 tentang pengamanan wilayah udara Republik Indonesia," jelasnya.

Meski begitu, lanjutnya, pertahanan darat bukan berarti tidak penting. Nantinya, TNI akan membuat konsep penangkal serangan darat, termasuk dari rudal.

"Pembangunan sistem pertahanan penangkal serangan rudal, pesawat udara musuh, roket, infiltran sabotase siber dan serta ancaman chemical biology dan radio aktif, nuclear dan explosive,” pungkasnya.

Laporan: Ahmad Kiflan Wakik


PT Dahana Sudah Punya Pabrik Amonium Nitrat, Mimpi yang Jadi Kenyataan

Sebelumnya

Kapal Induk Jatayu Mulai Beroperasi di Laut Selatan

Berikutnya

KOMENTAR ANDA