post image
RQ-4 Global Hawk, saudara dekat MQ-4 Triton.
KOMENTAR

Memasuki pekan ketiga Juni 2019, dunia sempat berada di ambang perang terbuka. Setidaknya antara Republik Islam Iran dan Amerika Serikat.

Sebuah pesawat tak berawak MQ-4 Triton milik AS ditembak jatuh dan hancur oleh pasukan Iran.

Pentagon menggambarkan penembakan itu, yang dikatakan terjadi di atas perairan internasional, sebagai "serangan yang tidak beralasan."

MQ-4 adalah salah satu drone terbesar, paling canggih, dan termahal yang dimiliki AS.

Pernyataan Komando Sentral AS mengatakan bahwa sebuah pesawat milik US Navy Broad Area Maritime Surveillance (BAMS-D) ISR ditembak jatuh oleh sistem rudal darat-ke-udara Iran saat beroperasi di wilayah udara internasional di atas Selat Hormuz sekitar pukul 11:35 malam GMT pada 19 Juni 2019. "

"Laporan Iran bahwa pesawat itu di atas Iran adalah palsu," tambah keterangan itu.

Presiden Donald Trump sempat memerintahkan serangan balasan ke Iran. Namun hanya beberapa saat kemudian, di saat pasukannya dikabarkan sudah “mengunci” target militer di Iran, perintah itu dibatalkan.

MQ-4 Triton adalah varian dari drone RQ-4 Global Hawk milik Angkatan Udara AS.

Keduanya adalah jenis drone yang dioperasikan pada ketinggian di atas rata-rata dan memiliki daya jelajah yang cukup jauh. Pesawat ini dirancang untuk mengumpulkan informasi intelijen untuk jangka waktu yang lama. Ukurannya juga cukup besar sehingga mampu membawa sensor canggih dan peralatan pengumpul data yang dibutuhkan.

Dalam artikelnya, pengamat isu pertahanan dan keamanan, Kyle Mizokami, mengatakan bahwa Triton dioptimalkan untuk terbang di atas lingkungan maritim, mensurvei sebagian besar samudera, garis pantai, atau daratan dari ketinggian hingga 56.000 kaki dengan kemampuan mengarahkan perhatian ke tempat-tempat tertentu yang menarik di bawah permukaan.

Dibangun oleh Northrop Grumman, MQ-4 memiliki panjang 47,6 kaki dengan lebar sayap 130,9 kaki, memberikan rentang yang lebih lebar dari pesawat Boeing 737, begitu juga dengan rancangan Global Hawk asli.

Mesin turbofan Rolls-Royce AE3007H tunggal yang digunakan menggerakkannya hingga kecepatan tertinggi yakni 368 mil per jam.

Tidak seperti kebanyakan jet militer, Triton tidak dibangun untuk kecepatan. Penekanannya adalah pada efisiensi bahan bakar yang memberikan kesempatan pada pesawat tanpa awak ini untuk tetap berada  pada ketinggian selama lebih dari 24 jam. Tanpa perlu mengisi bahan bakar.

MQ-4 dapat dengan mudah terbang sejauh 2.668 mil dalam delapan jam. Ini jarak antara Los Angeles dan Washington DC. Setelah mencapai sasaran ia pun dapat berkeliaran di atas target selama delapan jam sebelum akhirnya terbang pulang.

MQ-4 membawa sejumlah sensor, terutama  kamera elektro-optik dan inframerah untuk misi pengawasan. Sensor kunci lain yang disetel ke misi maritim adalah AN / ZPY-3 Multi-Function Active Sensor (MFAS), radar 360 derajat yang dirancang khusus untuk menemukan objek di permukaan lautan dunia.

Dengan kemampuan beroperasi dari ketinggian, MQ-4 dapat mensurvei hingga 2,7 juta mil persegi dalam satu misi tunggal.

Triton juga menampilkan penerima sinyal rendah dan pita tinggi yang dirancang untuk mendeteksi emisi elektromagnetik dari radar ke komunikasi digital, serta melacak ke sumbernya dan menganalisisnya.

Ia juga dilengkapi dengan radar yang dirancang untuk memungkinkannya terbang dengan aman di wilayah udara yang padat tanpa bertabrakan dengan pesawat lain.

Beberapa detail dari Triton masih belum diketahui.

Triton yang ditembak jatuh oleh Iran kemungkinan mengawasi pengiriman kapal di Selat Hormuz serta pergerakan pasukan Iran yang beroperasi dari ujung utara selat.

Drone itu kemungkinan berbasis di Al Dhafra di Uni Emirat Arab. Pangkalan udara UEA telah menjadi tuan rumah RQ-4 Global Hawks di masa lalu. Kedua jenis pesawat memiliki spesifikasi fisik yang cukup mirip sehingga Al Dhafra kelihatannya  bisa disimpulkan sebagai tuan rumah Triton naas ini.

Iran mengklaim bahwa drone itu berada di atas wilayah udara Iran saat ditembak jatuh.

Meskipun tidak sepenuhnya tidak masuk akal, namun rasanya klaim itu tidak mungkin karena sensor jarak jauh Triton membuat ia bisa berkeliaran di wilayah udara internasional sambil dengan mudah menggunakan sensornya untuk mengintip wilayah Iran.

Meskipun tindakan ini sebuah provokasi, namun tidak jelas bagaimana AS seharus merespon situasi ini.


PT Dahana Sudah Punya Pabrik Amonium Nitrat, Mimpi yang Jadi Kenyataan

Sebelumnya

Kapal Induk Jatayu Mulai Beroperasi di Laut Selatan

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga