post image
KOMENTAR

Ini belum pernah terjadi. Sekelompok tim peretas diberi akses ke sistem penerbangan jet tempur F-15. Hasilnya, mereka menemukan bug keamanan siber yang serius.

Kelemahan sistem yang mereka temukan sangat fundamental. Bila dieksploitasi kelemahan itu dapat digunakan untuk mematikan Stasiun Unduhan Informasi Pesawat Tepercaya (TADS) sebuah perangkat senilai 20 dolar AS yang mengumpulkan data dari kamera video dan sensor saat jet dalam penerbangan.

Newsweek melaporkan, detail teknis utama masih belum diketahui, tetapi dipastikan bahwa pengujian berlangsung selama konferensi Def Con yang diadakan di Las Vegas antara 8 Agustus dan 11 Agustus lalu.

Para peretas itu diundang oleh Synack, sebuah perusahaan dunia maya yang bermitra dengan Departemen Pertahanan dalam program perburuan bug “Hack the Pentagon". Ini adalah kali pertama penelitidiizinkan mengakses fisik ke sistem F-15.

Will Roper, seorang eksekutif akuisisi Angkatan Udara AS, kepada Washington Post mengatakan, "Ada jutaan baris kode di semua lini pesawat kami dan jika ada satu dari mereka cacat, maka negara yang tidak dapat membangun pesawat tempur untuk menembak jatuh pesawat kami mungkin bisa melumpuhkan pesawat kami dengan menekan beberapa tombol.”

”Kami membawa komunitas ini untuk ikut membantu sistem persenjataan dan pesawat terbang yang sesungguhnya. Jika mereka (sistem persenjataan dan pesawat terbang) memiliki kerentanan, akan lebih baik ditemukan sebelum kita terlibat dalam konflik," tambah Roper.

Roper mengatakan, para peretas etis itu sangat dibutuhkan di tengah ancaman dari Rusia, Iran dan Korea Utara.

Ketakutan semacam itu mengemuka pada tahun 2016 setelah peretas Korea Utara mencuri barang-barang militer dari organisasi Korea Selatan, termasuk cetak biru F-15.

Pada tahun yang sama, Pentagon mulai meningkatkan hubungan dengan sektor swasta, sebagian besar dipimpin oleh divisi teknologi dan penelitian yang disebut Defense Digital Service (DDS). Program Hack the Pentagon yang asli menemukan 138 kerentanan cyber yang sifatnya unik dan tidak diungkapkan sebelumnya.

Sejak itu, program cyber terus berkembang di belakang layar.

Pada bulan November tahun lalu, militer AS mengumumkan akan bekerja sama dengan platform bug bounty HackerOne untuk ketiga kalinya, menggembar-gemborkan program empat minggu baru yang disebut "Hack the Air Force 3.0”.


PT Dahana Sudah Punya Pabrik Amonium Nitrat, Mimpi yang Jadi Kenyataan

Sebelumnya

Kapal Induk Jatayu Mulai Beroperasi di Laut Selatan

Berikutnya

KOMENTAR ANDA