post image
KOMENTAR

High Mobility Artillery Rocket System (HIMARS) atau Sistem Artileri Roket Mobilitas Tinggi dinilai sangat cocok untuk perang di Ukraina melawan Rusia antaran lebih gesit daripada peluncur roket lainnya.

Demikian yang dikatakan oleh pensiunan Jenderal Angkatan Darat Amerika Serikat (AS), Mark Hertling lewat unggahannya di Twitter pada Senin (25/7).

Sejak AS setuju untuk berbagi sistem rudal, pasukan Ukraina mengatakan mereka telah menggunakan HIMARS untuk menyerang Rusia.

Dimuat Newsweek dan dikutip Kantor Berita Politik RMOL, Menteri Pertahanan Ukraina Oleksiy Reznikov memuji ketepatan sistem rudal ini.

"Penembak kami menggunakan HIMARS dengan sangat hati-hati. Mereka bekerja seperti ahli bedah dengan pisau bedah," kata Reznikov.

Reznikov mengatakan keakuratan HIMARS telah memungkinkan pasukan Ukraina menghancurkan penyeberangan jembatan, serta tempat penyimpanan amunisi dan pos komando Rusia.

Menurut Reznikov, serangan tersebut membuat pasukan Rusia kehilangan kemampuan mereka untuk melakukan operasi tempur.

Hertling mengatakan Ukraina pada awalnya meminta unit Multiple Launch Rocket System (MLRS).

Namun M270 MLRS adalah kendaraan yang dirancang untuk bersaing dengan tank di medan yang kasar. Sementara M142 HIMARS, katanya, adalah kendaraan beroda yang bergerak cepat dengan kecepatan 60 mil per jam dan lebih tinggi di jalan raya, dan 30 mil per jam di medan kasar.

"MLRS lebih sulit diperbaiki, memiliki lebih banyak bagian. HIMARS pada dasarnya adalah truk dengan roket," tambahnya.

Di samping itu, Hertling mengatakan lebih mudah untuk melatih kru untuk mengoperasikan HIMARS. Pemeliharaan HIMARS juga dinilai lebih mudah.

Dengan 16 unit HIMARS di tangan pasukan Ukraina, masing-masing menembakkan dua pod sehari, ini artinya 5.800 rudal diluncurkan. Rudal jarak jauh yang dipandu GPS memiliki tingkat akurasi 90 persen, mencapai 5.200 target yang berhasil diserang dalam sebulan.

Sementara Hertling menambahkan bahwa AS dan sekutunya harus mempertimbangkan risiko memberi Ukraina begitu banyak senjata berteknologi tinggi, namun ia yakin bahwa AS akan membuat keputusan yang bijaksana.


PT Dahana Sudah Punya Pabrik Amonium Nitrat, Mimpi yang Jadi Kenyataan

Sebelumnya

Kapal Induk Jatayu Mulai Beroperasi di Laut Selatan

Berikutnya

KOMENTAR ANDA