post image
KOMENTAR

F-4 Phantom merupakan pesawat supersonik pengintai yang sangat populer di era Perang Dingin. Dirancang David S. Lewis, Jr. dan diproduksi pabrikan McDonnel Douglas Amerika Serikat pesawat ini diterbangkan pertama kali pada 27 Mei 1958, persis 66 tahun lalu, dan mulai beroperasi memperkuat Angkatan Udara AS pada tahun 1960. Pada masa Perang Vietnam F-4 Phantom menjadi ujung tombak kekuatan militer AS di udara.

Dalam perjalanan seiring dengan perkembangan teknologi aviasi dan militer, F-4 Phantom diganti dengan pesawat-pesawat yang lebih canggih seperti F-15 Eagle, F-16 Fighting Falcon, F-14 Tomcat, F/A-18 Hornet.

Di arena Perang Teluk 1991 Amerika Serikat juga mengandalkan F-4 Phantom sebelum akhirnya resmi dipensiunkan dari semua matra militer AS pada tahun 1996. Namun begitu, sampai hari ini sejumlah negara masih mengoperasikan F-4 Phantom, seperti Turki, Iran, dan Israel.

Kisah legendaris F-4 dalam berbagai arena pertempuran sudah banyak dibicarakan. Yang masih jarang dibicarakan adalah aspek kecepatannya bila dibandingan dengan pesawat-pesawat tempur generasi terbaru, termasuk F-35 generasi kelima. F-4 Phantom memiliki kecepatan yang lebih tinggi dari F-35!

Ia dirancang ketika pertempuran udara masih sering terjadi. Sementara F-35 walau dapat melakukan pertempuran udara, namun lebih banyak berperan dalam pengintaian dan menghancurkan pesawat musuh sebelum pertemuan di udara.

Pesawat tercepat Perang Dunia II
Heinkel Dia 162: 795 mph
Messerschmitt Me 163 Komet: 702 mph
Spitfire Supermarine: 606 mph
Bintang Jatuh Lockheed P-80: 594 mph
Messerschmitt Me 262: 560 mph

Di era Perang Dingin persaingan teknologi aviasi dan militer semakin mencengangkana. Ketika mengetahui Uni Soviet telah membangun MiG-25 Foxbat yang dapat terbang dengan kecepatan Mach 2,8, Amerika Serikat berusaha menciptakan pesawat-pesawat tempur baru dengan teknologi yang bisa mengimbangi.

Seperti juga halnya Uni Soviet merasa tertinggal setelah mengetahui  Eropa sedang membangun pesawat penumpang supersonik Concorde. Negeri tirai besi itu berusaha menciptakan pesawat yang lebih besar, lebih cepat, dan menerbangkannya terlebih dahulu. Lahirlah Tu-144 yang membawa bencana.

Perang Vietnam di satu sisi merupakan era berakhirnya pencarian jet yang lebih cepat.

Sepanjang perang, baik Amerika serikat maupun Vietnam Utara yang menggunakan pesawat Uni Soviet, mengerahkan armada tempur udara yang mampu terbang dengan kecepatan Mach 2,2.

Namun, penelusuran data terhadap lebih dari 100 ribu serangan sepanjang 20 tahun Perang Vietnam, disimpulkan kehadiran pesawat-pesawat tempur dengan kecepatan Mach 2,2 nyaris tidak berguna.

Yang lebih membingungkan lagi, menurut Simple Flying, tidak ditemukan pilot Amerika yang mampu mendorong pesawat mereka hingga kecepatan Mach 1,6 dalam pertempuran.

Kecepatan jelajah pesawat subsonik mendekati kecepatan maksimal yang dimilikinya. Sementara untuk pesawat supersonik kecepatan maksimal berada jauh di atas kecepatan jelajah terbaiknya karena faktor afterburner.

Kecepatan tentu saja merupakan salah satu bagian penting dari pertempuran udara. Fakta di udara memperlihatkan bahwa pilot menerbangkan pesawat dengan kecepatan yang sesuai untuk manuver, bukan pada kecepatan maksimal. Kecepatan terbaik untuk memaksimalkan putaran adalah sekitar Mach 0,7 yang berarti pertempuran udara-ke-udara terjadi pada kecepatan subsonik.
 
Masalah lain dalam terbang dengan kecepatan supersonik adalah konsumsi bahan bakar yang lebih banyak. Sebuah pesawat dapat saja memasuki zona bahaya lebih cepat, tetapi tidak memiliki bahan bakar untuk bertahan lama di sana.

Terbang dengan kecepatan supersonik menghemat sedikit waktu sekaligus mengurangi jangkauan tempur pesawat secara signifikan. Sebagai contoh, F-4 Phantom meningkatkan kecepatannya dari subsonik menjadi Mach 1,5, sehingga mengurangi radius tempurnya sebesar 70 persen.

Hanya ada sedikit contoh di mana penggunaan afterburner bahan bakar untuk mengatasi masalah tersebut secepatnya. Contoh terbaru adalah jet tempur yang lepas landas untuk menembak jatuh drone Iran yang ditembakkan ke Israel.

Selain itu, tidak peduli seberapa cepat sebuah pesawat, ia tidak dapat berlari lebih cepat dari rudal. Misalnya, rudal udara-ke-udara Meteor terbang dengan kecepatan Mach 4.

Perbandingan kecepatan F-14 dan F-35
F-4 Phantom: Mach 2,2
F-35: Mach 1,6

Namun ternyata meski pesawat tidak bisa lari, mereka tetap bisa bersembunyi.

Di sinilah peran teknologi siluman. F-35 tidak dirancang untuk menjadi pesawat tempur tercepat, namun merupakan pesawat tempur paling siluman setelah F-22.

Bepergian dengan kecepatan lebih tinggi akan meningkatkan gesekan panas dan memudahkan sensor inframerah mendeteksinya. Penggunaan afterburner juga membuat F-35 lebih terlihat. Untuk meningkatkan kemampuan silumannya, kecepatan maksimum F-35 dikurangi dari Mach 1,8 menjadi Mach 1,6.

Berkat terbangnya yang lebih lambat, F-35 menjadi lebih besar, dapat membawa lebih banyak rudal, memiliki radius tempur yang lebih besar, dan merupakan salah satu pesawat yang paling sulit dideteksi di dunia.


Panglima TNI: Kondisi Prajurit di Lebanon Baik-baik Saja

Sebelumnya

Gladi Bersih HUT 79 TNI, Marinir Unjuk Gigi di Monas Tampilan Alutsista Andalan

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Military