post image
Jet Tempur KF-X/IF-X/Net
KOMENTAR

Kerja sama Indonesia dan Korea Selatan (Korsel) semakin erat seiring dengan berjalannya proyek jet tempur secara patungan oleh kedua negara. Pesawat jet tempur masa depan yang menjadi patungan Korsel dan Indonesia itu adalah KF-X/IF-X.

Proyek ini terlihat semakin mengalami kemajuan setelah mendapatkan pasokan mesin pertama dari GE Aviation yang berbasis di Amerika Serikat (AS).

“GE sangat senang mencapai tonggak penting ini dalam program KF-X,” kata manajer umum departemen Medium Combat and Trainer Engines GE, Al DiLibero, seperti dikutip dari Defense News, Selasa (9/6).

Pasokan mesin dari GE Aviation ini membuat proyek KF-X/IF-X berjalan mulus meskipun pihak Indonesia masih mengalami keterlambatan pembayaran untuk pembiayaan proyek.

Sebanyak 15 mesin dan enam prototipe diharapkan diproduksi ada tahun 2021. Mesin itu diharapkan sudah bisa menerbangkan KF-X pada 2022. Pengembangan seluruhnya selesai pada 2026.

Mesin F414 saat ini juga menjadi dapur pacu Bo Horn F / A-18E / F Super Horn, Saab JAS 39E / F Gripen dan pesawat tempur HAL Tejas Mark 2 India.

Korea Selatan berencana untuk terutama melengkapi KF-X dengan avionik asli. Ini sebagian besar akan datang dari LIG Nex1 dan Hanwha, meskipun Sistem Elbit Israel akan memasok sistem mengikuti / menghindari medan untuk radar array yang dipindai secara elektronik aktif yang sedang dikembangkan oleh Hanwha. Perusahaan Israel mengumumkan kontrak  43 juta dolar AS pada awal Februari.

KF-X juga kompatibel dengan rudal udara-ke-udara Eropa. Korea Selatan menandatangani kontrak dengan pembuat rudal Eropa MBDA pada November 2019 untuk mengintegrasikan Meteor, sementara Diehl-BGT juga dilaporkan akan menandatangani kontrak serupa untuk IRIS-T-nya.

Indonesia mendatangani kerja sama program pesawat tempur itu pada 2010 dengan menyetujui menanggung 20 persen biaya pengembangan dengan imbalan satu pesawat prototipe, partisipasi desain, data teknis dan pembagian produksi.

Krisis anggaran di tengah pandemik membuat Indonesia harus melewati tenggat waktu pembayaran. The Korea Herald melaporkan, Indonesia berhutang 415 juta dolar AS dalam bentuk pembayaran yang terlambat karena program tersebut.


PT Dahana Sudah Punya Pabrik Amonium Nitrat, Mimpi yang Jadi Kenyataan

Sebelumnya

Kapal Induk Jatayu Mulai Beroperasi di Laut Selatan

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga