post image
KOMENTAR

Alaska Airlines baru saja menjalin kerjasama dengan perusahaan perangkat lunak Microsoft dan perusahaan pengembang bahan bakar penerbangan berkelanjutan atau sustainable aviation fuel (SAF) Twelve.

Ketiga perusahaan akan mencoba SAF jenis baru dalam sebuah penerbangan demonstrasi.

Bila ujicoba ini  berhasil, maka bahan bakar E-Jet yang diproduksi Twelve akan digunakan untuk mengimbangi dampak perubahan iklim akibat penggunaan bahan bakar fosil dalam penerbangan.

Bahan bakar E-Jet adalah bahan bakar sintetis yang dibuat dengan energi terbarukan, air, dan CO2 untuk menghasilkan karbon melalui reaktor elektrokimia.

Bahan bakar jet sintetis ini tidak memerlukan penyimpanan khusus, juga tidak memerlukan pencampuran dengan bahan bakar fosil.

Oleh karena itu, bahan bakar jet sintetis ini sama padatnya dengan bahan bakar fosil. Bedanya, ia tanpa emisi berbahaya.

Bahan bakar e-jet juga dimaksudkan untuk menjawab keterbatasan penggunaan sumber energi baterai. Penerbangan dengan tenaga listrik murni hanya dapat dipertahankan selama dua atau tiga jam. Belum lagi baterai yang digunakan sangat berat. Sementara untuk penerbangan lintas benua dan antar benua dibutuhkan bahan bakar yang dapat memberikan energi nonstop. Nah, bahan bakar sintetis SAF ini diyakini dapat diandalkan.

Menurut Alaska Airlines, meningkatkan penggunaan SAF adalah bagian dari rencana maskapai mengurangi emisi karbon sampai ke titik nol pada tahun 2040. Namun diakui pasokan bahan bakar terbarukan saat ini masih kurang dari 1 persen dan harganya jauh lebih mahal.

Wakil Presiden Senior Urusan Publik dan Energi Berkelanjutan Alaska Airlines, Diana Birkett Rakow, mengatakan, untuk mencapai titik nol pada tahun 2040 pihaknya berkomitmen membuat SAF tersedia lebih luas dengan harga terjangkau.

“Kami senang bekerja sama dengan Twelve dan Microsoft untuk memajukan bahan bakar E-Jet Twelve, mengubah CO2 yang ditangkap dan energi terbarukan menjadi bahan bakar untuk pesawat kami,” ujarnya seperti dikutip dari SimpleFlying.

Sementara Elizabeth Willmott yang merupakan Direktur Program Karbon di Microsoft juga mengatakan, upaya mengatasi emisi dari sektor ekonomi yang paling sulit dikurangi, seperti penerbangan, sangat membutuhkan komitmen dari semua pemangku kepentingan.

SAF membutuhkan inovator yang menjanjikan seperti Twelve, pelanggan penting seperti Alaska Airlines, dan akses ke modal.


Jaishankar: Misi Chandrayaan-3 Ubah Persepsi Dunia

Sebelumnya

Korea Selatan Siapkan Pesawat Pengintai Tak Berawak Antisipasi Gerakan Provokatif

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Technology