post image
KOMENTAR

Kuok tidak mau. Kesibukan bisnis di grupnya sendiri sudah luar biasa. "Memang gaji saya kecil di situ tapi saya puas". Begitu kurang lebih alasan penolakan Kuok. Tentu ia bergurau soal gaji.

Goh terus meyakinkan Kuok. Katanya: Kuok lah yang bisa menjembatani dua negara. Kuok punya hubungan sangat baik dengan elite pemerintahan Malaysia. Orangnya sangat humble. Bisa bergaul baik dengan orang Melayu. Khas pengusaha sukses.

Waktu meninggalkan MISC pun karena Kuok sudah merasa dulu: orang Melayu akan bangga kalau MISC di tangan orang Melayu. Bukan karena sudah keburu didemo.

Sang wakil perdana menteri berharap tampilnya Kuok di MSA bisa membuat hubungan M dan S tetap baik. Ada misi kerukunan di balik itu.

Kuok lantas minta waktu. Ingin bicara dengan ibunya. Sang ibu menasehatinya: jangan. Tapi setelah diberitahu alasan kerukunan itu sang ibu merestui. Asal satu pereode saja: tiga tahun.

Robert Kuok lantas menemui Perdana Menteri Malaysia Tun Abdul Razak. Yang sudah amat dikenalnya. Semula Tun banyak bicara soal kejengkelannya dengan S. Kuok hanya diam. Jadi pendengar yang baik.

Setelah cukup panjang Kuok minta izin bicara soal MSA.

"Oh.. Anda ingin jadi Dirut MSA?" tanya Tun.

Padahal Malaysia sudah terlanjur punya calon sendiri: DR Lim Swee Aun. Ia mantan menteri perdagangan dan industri M. Lim tidak bisa lagi menjadi menteri. Karena gagal mendapat kursi DPR di Dapilnya. Malaysia memperkirakan Singapura akan setuju. Toh ia suku Tionghoa juga.

Ternyata S belum bisa menerima usulan M itu. "Ia orang baik tapi saya tidak suka," ujar Goh pada Kuok.

M tahu sikap S itu. Maka Tun mengira Kuok datang padanya dengan sangkaan ingin jadi Dirut MSA.

"Bukan saya yang mau," jawab Kuok pada Tun.

Berceritalah Kuok pada Tun: latar belakangnya.

Tun lantas sangat mendukung kalau Kuok jadi Dirut MSA. Jadilah.

Kuok pun memasuki keruwetan birokrasi. Yang susunan direksinya seperti itu. Yang Dirutnya tersandera oleh delapan veto direksinya. Yang direksi-direksi dari S-nya begitu agresifnya. Dan begitu lugasnya. Yang direksi dari M-nya begitu diamnya. Dan begitu bapernya.

Kalau sudah masalah keuangan direksi dari S sangat 'tajam'. Setajam pisau cukur. Tidak peduli seperti apa perasaan direksi yang dari Malaysia.

Kuok juga pernah mengusulkan penghematan. Mengganti pilot Inggris dengan pilot dari Burma atau Indonesia. Seorang direksi bule tidak setuju. "Hanya pilot Inggris yang bisa menerbangkan pesawat. Pilot Indonesia akan mendaratkan pesawat di laut atau di hutan," katanya.

Kuok menolak penilaian itu. Kebetulan baru saja ada kecelakaan pesawat. Yang pilotnya Inggris. Direksi bule itu pun gentleman. Tidak memasalahkan lagi.

Tapi ruwetnya tetap saja mbulet. Akhirnya Kuok menulis surat yang berisi dua kalimat: mengundurkan diri.

Hanya dua tahun Kuok bisa bertahan di MSA.

Tak lama kemudian MSA bikin sejarah baru: menjadi MAS dan SIA.

Dilakukanlah pembagian gono-gini. Kantor pusatnya menjadi kantor pusat SIA. Kan lokasinya di S. Jalur penerbangannya dibagi dua: yang domestik menjadi bagian Malaysia. Rute internasional bagian S. Toh SIA tidak mungkin punya jalur domestik. Misalnya terbang dari ujung timur S ke ujung barat. Yang kalau ditempuh dengan mobil hanya dua jam.

Sebelum pisah itu MSA sudah punya banyak jalur internasional. Misalnya ke Kemayoran, Jakarta. Atau ke Medan. Juga ke Saigon dan Hongkong. Ke Bangkok.

Otomatis jumlah pesawat yang 120 buah juga dibagi. Yang Boeing 707 dan 737-200 menjadi bagian Singapura. Agar bisa terbang lebih jauh.

Yang pesawat baling-baling semua menjadi bagian M.


Merdeka Huey

Sebelumnya

Garuda Napas

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Disway