post image
KOMENTAR

Selain itu, ASEAN dan Korea Selatan juga perlu mengedepankan pendekatan keamanan dan perdamaian di tengah ketegangan yang masih kerap terjadi di perairan Laut China Selatan.

“Kami siap menjadi bagian dari kerjasama ini. Kita memiliki kepentingan bersama dalam mengembangkan kerjasama yang lebih kuat karena pandemi membutuhkan kemitraan regional yang semakin kuat,” ujarnya.

“ASEAN dan Korea Selatan tertantang untuk menjalin kerjasama menghadapi ketegangan antara China dan Amerika,” sambungnya sambil menambahkan, perang dagang di antara kedua raksasa dunia itu juga berpotensi menciptakan krisis ekonomi.

Webinar internasional yang berlangsung selama hampir enam jam itu dibagi dalam tiga tema besar, “Progress and Outcome of the NSP”,  “ASEAN’s Expectation and New Projects from the NSP Under the US-China Conflict and Covid-19’, dan “Advises to Upgrade the Cooperation in the NSP”.

Webinar diikuti tidak kurang dari 250 peserta yang banyak di antaranya adalah mahasiswa jurusan hubungan internasional dari sejumlah universitas seperti Universitas Padjadjaran, UIN Syarif Hidayatullah, dan Universitas Jenderal Achmad Yani.

Pembicara-pembicara yang hadir adalah Direktur Urusan Asia Timur dan Pasifik Kemlu RI Santo Darmosumarto, Minister Counselor Misi Korea Selatan untuk ASEAN Yoo Sanguk, Rektor Unjani Prof. Hikmahanto Juwana, dosen President University Teuku Rezasyah, dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Ali An Sungeun dan Badrus Sholeh, peneliti Center for Strategic and International Studies (CSIS) Andrew W. Mantong, dan peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Nanto Sriyanto.


PT Dahana Sudah Punya Pabrik Amonium Nitrat, Mimpi yang Jadi Kenyataan

Sebelumnya

Kapal Induk Jatayu Mulai Beroperasi di Laut Selatan

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga