Di tanah yang disebut suci, bahasa paling fasih yang diucapkan adalah hasrat saling menghancurkan. Di sana pertempuran berdarah adalah mata uang yang tak pernah turun nilai tukarnya.
Mungkin kita perlu berhenti bertanya siapa yang menang, dan mulai bertanya: apa arti kemenangan dalam perang yang tak menghasilkan perdamaian?
Jika setiap generasi hanya mewariskan dendam, trauma, dan tembok-tembok baru, maka yang sedang dibangun bukan masa depan, tapi kuburan bersama.
Artikel ini dikutip dari laman Facebook penulis.
KOMENTAR ANDA