post image
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Federica Mogherini (tengah).
KOMENTAR

ZT. Iran diminta untuk tidak emosional dalam menghadapi krisis nuklir yang tengah terjadi dengan negara adidaya Amerika Serikat.

 

Sejatinya, perjanjian nuklir tahun 2015 juga ditandatangani negara-negara Eropa. Karena itu Iran juga mesti memperhatikan posisi dan kepentingan Eropa di tengah konflik terbuka dengan AS.

Negara-negara Eropa yang ikut menandatangani perjanjian itu meminta Iran untuk menyelesaikan masalah ini secara diplomatis, dan tidak melakukan pengayaan uranium.

Begitu disampaikan Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Federica Mogherini, setelah pertemuan para menteri luar negeri Uni Eropa di Brussles (Senin, 15/7).

Mogherini mendesak Iran untuk mengakui pekerjaan yang dilakukan oleh Perancis, Inggris dan Jerman untuk menyelamatkan perjanjian 2015.

Iran diimbau agar tidak menghabuskan energi hanya untuk melayani Amerika Serikat yang secara sepihak menarik diri dari perjanjian itu bulan Mei lalu.

Sejak itu, AS dan Iran terlibat dalam perang retorika dan ketegangan di wilayah Teluk.

"Kami mengundang Iran untuk membalikkan langkah-langkahnya dan kembali sepenuhnya mematuhi perjanjian," kata Mogherini.

"Kenyataannya adalah bahwa kesepakatan itu telah menghindarikan Iran dari pengembangan senjata nuklir. Dan itu telah efektif. Saya pikir, semua orang saat ini mengakui tidak ada alternatif untuk kesepakatan ini," jelasnya.

"Sebagai sebuah komunitas internasional pada umumnya, itu adalah kunci untuk mempertahankan situasi dengan setenang mungkin di kawasan itu," tambah Mogherini.

Baru-baru ini sebagai respon atas sikap AS, Iran melakukan pengayaan uranium ke tingkat kemurnian yang lebih tinggi. Sesuatu yang dilarang dalam perjanjian 2015.


PT Dahana Sudah Punya Pabrik Amonium Nitrat, Mimpi yang Jadi Kenyataan

Sebelumnya

Kapal Induk Jatayu Mulai Beroperasi di Laut Selatan

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga