post image
KOMENTAR

Perang dagang yang tengah terjadi antara dua negara tetangga, Jepang dan Korea Selatan, mulai mempengaruhi bisnis lintas sektor.

 

Bahkan berpotensi mengganggu ekonomi global.

Perselisihan diawali protes Jepang atas retorika Korea Selatan yang masih belum bisa menerima perilaku tentara Jepang selama Perang Dunia Kedua.

Di awal Juli lalu, Jepang membatasi ekspor semikonduktor ke Korea Selatan. Negeri sakura mengaitkan ekspor semi-konduktor itu dengan ancaman keamanan negara. Selain, tentu saja, berkurangnya rasa percaya pada Korea Selatan.

Kini Korea Selatan harus siap-siap menghadapi keputusan Jepang  mengeluarkannya dari daftar negara yang menikmati pembatasan perdagangan minimum.

Kementerian Keuangan Korea Selatan baru-baru ini menjelaskan, bila Seoul dihapus dari daftar itu maka hubungan kedua negara akan memburuk ke tingkat yang tidak terkendali.

Perselisihan ekonomi Jepang dan Korea Selatan tidak akan berhenti sampai di situ.

Penasihat senior di perusahaan manajemen aset WisdomTree Investments di Jepang, Jesper Koll, memperkirakan, ketegangan antara dua pusat kekuatan Asia Timur itu akan merusak berbagai sektor industri.

Di antara yang terkena dampak adalah perusahaan bahan baku.

Sebagai contoh, perusahaan kimia Jepang telah membuat dorongan besar ke Korea Selatan selama dekade terakhir.

"(Namun) mereka sekarang secara de facto memboikot dan mulai melaporkan pengurangan produksi yang curam," kata Koll.

Dalam jangka pendek, sambungnya, gangguan pasokan bahan kimia yang diperlukan untuk semi-konduktor akan memaksa kenaikan harga yang lebih tinggi bagi konsumen dan secara bersamaan menurunkan laba bagi perusahaan.

"Tetapi itu juga dapat memicu booming bagi para ahli strategi dan pengusaha perusahaan," sambungnya, seperti dimuat CNBC.

Koll menambahkan, rantai pasokan yang terganggu, malah kemungkinan akan memunculkan "pemain baru".

Selain dampak langsung dari pembatasan ekspor, beberapa perusahaan yang menghadapi konsumen mulai merasakan tekanan dari memburuknya hubungan antara kedua negara.

"Ini adalah berita buruk bagi perusahaan kosmetik Jepang yang melihat lebih dari 10 persen pertumbuhan penjualan mereka berasal dari pertumbuhan permintaan Korea Selatan dalam dua tahun terakhir, tetapi sekarang mulai merasakan pemogokan pembeli dari wanita Korea," kata Koll.

Selain itu, sektor lain yang juga terganggu adalah pariwisata, maskapai penerbangan, restoran, dan butik merek mewah.

Untuk diketahui, merujuk pasa data JTB Tourism Research and Consulting, Korea Selatan menyumbang wisatawan terbanyak kedua ke Jepang setelah China.

Sedangkan menurut data Organisasi Pariwisata Korea, wisatawan Jepang membentuk kelompok pengunjung terbesar dari kawasan Asia Pasifik.

Karena itulah, sektor pariwisata juga menjadi salah satu yang terpuk akibat perselisihan ekonomi kedua negara.

Jumlah kunjungan wisatawan yang berkurang menyebabkan banyak maskapai penerbangan besar mengurangi jumlah penerbangan atau bahkan mengakhiri rute langsung antara kota-kota besar Jepang dan Korea.

Surat kabar Jepang, Nikkei, awal pekan ini melaporkan bahwa Korean Air dan maskapai berbiaya rendah T'way Air akan mengurangi penerbangan ke Jepang di tengah ketegangan.

Menurut laporan itu, kedua maskapai memutuskan untuk memotong rute rendah karena tekanan pasar.


PT Dahana Sudah Punya Pabrik Amonium Nitrat, Mimpi yang Jadi Kenyataan

Sebelumnya

Kapal Induk Jatayu Mulai Beroperasi di Laut Selatan

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga