post image
KOMENTAR

Pramoedya Ananta Toer, yang saat itu berada di bagian dokumentasi, mengenalkan sistem pengarsipan modern kepada wartawan-wartawan ANTARA, termasuk Adam Malik. Pengalaman ini kelak memberi dampak besar pada tradisi dokumentasi politik Indonesia.[6]  Adaptasi ini menunjukkan bahwa perlawanan informasi tidak berhenti, melainkan berubah bentuk sesuai konteks.

Dimensi Kemanusiaan: Abdul Hakim dalam Memori Keluarga

Foto Abdul Hakim pada sampul buku memorial keluarga menunjukkan sisi manusiawi tokoh ini. Ia bukan hanya wartawan dan redaktur, tetapi seorang ayah dan kakek yang menjalani keseharian di tengah kota Batavia, Jakarta jaman kolonial sambil membawa tanggung jawab sejarah pada pundaknya. Pendekatan memorialistik yang digunakan keluarga membuka dimensi baru bagi kajian akademik, bahwa para tokoh pergerakan tidak hidup hanya dalam arena politik, tetapi menjalani perjuangan itu dalam kehidupan sehari-hari.

Pendekatan sejarah sosial mengajarkan bahwa narasi keluarga adalah bagian penting dalam merekonstruksi biografi tokoh yang kurang tercatat dalam dokumen formal.[7]

Dalam konteks ini, memori keluarga menjadi pelengkap penting dalam memahami kontribusi Abdul Hakim terhadap sejarah pers Indonesia.  Kisah ANTARA dan tokoh-tokohnya, termasuk Abdul Hakim sebagai redaktur pertama dan pejuang informasi, memperlihatkan bahwa pers merupakan bagian integral dari perjuangan kemerdekaan Indonesia. Tokoh seperti Abdul Hakim tidak hanya menyunting berita; ia membangun arah narasi bangsa.

Gelombang represi kolonial dan pendudukan Jepang tidak memadamkan peran itu, melainkan membentuk cara-cara baru bagi para wartawan pergerakan untuk mempertahankan ruang informasi nasional. Dengan menggabungkan dokumen sejarah, catatan institusional ANTARA, literatur akademik, serta memori keluarga, kita dapat melihat bahwa perjuangan Abdul Hakim dan kawan kawan seperjuangannya adalah contoh bagaimana sejarah besar bangsa Indonesia dibangun oleh manusia-manusia biasa yang melakukan tugas luar biasa.

CATATAN KAKI
[1] H. Soebagijo IN, Sejarah Pers Indonesia, Dewan Pers, 1977, kutipan resmi Pimpinan Pers-en Documentatiebureau “ANTARA”, Batavia-C, 15 Juli 1941.
[2] Catatan Politik: Pengalaman Wartawan ANTARA, hlm. 10.
[3] Cribb, Robert. Gangsters and Revolutionaries: The Jakarta People’s Militia and the Indonesian Revolution 1945–1949. University of Hawai‘i Press, 1991.
[4] Anderson, Benedict. Imagined Communities. Verso, 1983.
[5] Shiraishi, Takashi. An Age in Motion. Cornell University Press, 1990.
[6] Pramoedya Ananta Toer, catatan biografis terkait keterlibatannya di Domei.
[7] Samuel, Raphael. Theatres of Memory. Verso, 1994.


Tinjauan Akhir Tahun Kekuatan Pertahanan Udara RI

Sebelumnya

Catatan dari Rapat Kickoff Penyusunan Kebijakan Pengembangan Pesawat Terbang Nasional

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Chappy Hakim