post image
KOMENTAR

AKIBAT lama bermukim di Jawa Tengah, wajar jika saya agak Jawa Tengah sentris. Maka semula saya meyakini kerajaan Islam pertama di persada Nusantara adalah Kerajaan Demak di pesisir utara Jawa Tengah.

Setelah membaca naskah tulisan sahabat saya yang tokoh sejarawan Indonesia, Hendri F Isnaeni  di majalah Historia nomor 6 tahun 1/ 2012 saya tersadarkan bahwa anggapan saya keliru.

Ternyata kerajaan Islam pertama Nusantara bukan Kerajaan Demak atau Kerajaan Agung Sejagat maupun  Sunda Empire, apalagi The Empire Strikes Back. Tetapi, Kerajaan Perlak.
 
Sultan Alaiddin


Mas Hendri berkisah tentang makam Sultan Alaiddin Sayid Maulana Abdul Aziz Syah di Peureulak, Aceh Timur yang membuktikan bahwa kerajaan Islam pertama di Nusantara adalah Kerajaan Perlak.

Menurut penjaga makam Sultan Alaiddin, Tengku Abdulla Muhammad, sebelum Islam masuk,  daerah Perlak sudah berhubungan dengan para pedagang dari Arab, China, India, dan sebagainya. Maraknya perdagangan kayu Perlak, yang menjadi muasal nama daerah ini.

Sumber lain menyebut nama orang yang membuka daerah itu: Pho He La Sjahir Nuwiy. Selain berdagang, warga Perlak mempunyai berbagai keahlian mulai pertanian hingga taktik perang. Mereka juga berdakwah dan menikah dengan penduduk lokal.

Seorang pendakwah bernama Sayid Ali Al-Muktabar, merupakan cucu Khalifah Ali bin Abi Thalib. Dia menikah dengan putri kerajaan Perlak, Putri Makhdum Tansuri, melahirkan Alaiddin Sayid Maulana Abdul Aziz Syah yang nantinya menjadi sultan pertama kerajaan Islam Perlak.

Samudra Pasai

Dari Perlak, pengaruh Syiah merambah Kerajaan Samudra Pasai yang didirikan pada 1042 oleh Meurah Giri, kerabat Sultan Mahmud Syah Johan Berdaulat dari Kerajaan Perlak yang menganut Sunni.

Meurah Giri jadi sultan pertama dengan gelar Maharaja Mahmud Syah. Keturunannya memerintah Pasai sampai 1210.

Pasca kematian Sultan Al-Kamil yang tak meninggalkan putra mahkota, terjadi perang saudara. Pada 1261 Meurah Silu yang merupakan keturunan Sultan Perlak, mengambil alih kekuasaan Pasai.

“Meurah Silu adalah seorang Islam sejak awal, bukan diislamkan kemudian. Akan tetapi Islamnya adalah Islam Syiah, yaitu mazhab yang berkembang di Perlak," tulis Ahmad Jelani Halimi, sejarawan Universitas Sains Malaysia, dalam Sejarah dan Tamadun Bangsa Melayu.

Syiah

Berdasar masukan informatif sahabat saya yang mendirikan majalah Historia yang memperoleh anugrah MURI sebagai majalah sejarah pertama di Indonesia tersebut, saya memperoleh kesadaran bahwa kerajaan Islam tertua di persada Nusantara didirikan bukan oleh para penganut Sunni yang kini mayoritas di Indonesia namun justru oleh penganut Syiah.

Bahwa sehingga masa kini para penganut Sunni dan Syiah terbukti dapat hidup berdampingan secara damai di Indonesia pada hakikatnya merupakan sebuah suri teladan bagi seluruh masyarakat dunia.

Suri teladan bahwa perbedaan mazhab keagamaan sebenarnya sama sekali bukan alasan bagi umat manusia di planet bumi ini untuk saling mencurigai, saling membenci apalagi saling membinasakan.

Penulis adalah pembelajar sejarah Nusantara
 


Delapan Butir Maklumat KAMI

Sebelumnya

Andaikata Saya Presiden RRC

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Jaya Suprana